Diakui, sebagian masyarakat di dunia kini sedang dilanda kekhawatiran. Itu terjadi setelah kasus virus corona terus bertambah dari hari ke hari, dengan jumlah kematian yang begitu cepat bertambah.
Lalu apa yang perlu dilakukan masyarakat dunia?
Ada beberapa. Satu di antaranya adalah mengendalikan kepanikan.
"Yang kita butuhkan saat ini adalah mengendalikan kepanikan," kata pemenang Nobel dan ahli biofisika Stanford, Michael Levitt, seperti dilansir dari LA Times. "Dalam skema besar kita akan baik-baik saja."
Levitt mengatakan, ketenangan masyarakat mutlak diperlukan dalam menghadapi wabah corona.
Namun demikian, secara lebih luas Levitt juga menekankan pentingnya menyerukan langkah-langkah kuat untuk memerangi wabah tersebut.
Misalnya, dengan secara tegas menerapkan pembatasan sosial, terutama larangan mengadakan pertemuan besar.
Atau juga mendapatkan vaksinasi flu. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi kemungkinan rumah sakit dibanjiri pasien, karena virus corona tidak terdeteksi.
"Mungkin ini faktor (kasus membludak) di Italia, negara dengan gerakan anti-vaksin yang kuat," katanya.
Selain itu, ia berharap masyarakat jangan terlalu peduli kepada pemberitaan. Ia berpandangan, pemberitaan kini, berkontribusi besar terhadap kepanikan yang tidak perlu di masyarakat, karena berfokus pada peningkatan jumlah kasus kumulatif dan menyoroti para selebriti yang tertular virus tersebut.
Levitt khawatir, langkah-langkah kesehatan masyarakat yang salah, akanmenyebabkan gangguan ekonomi yang besar dan justru dapat menyebabkan bencana kesehatan mereka sendiri, seperti kemiskinan dan keputusasaan karena kehilangan pekerjaan.
Kendalikan kepanikan
Munculnya kepanikan di tengah wabah virus corona adalah hal yang memang bisa terjadi. Sebab, kita semua berada pada masa penuh dengan infomasi tentang hal-hal yang terjadi dan akan terjadi selanjutnya.
Guru Besar Fakultas Psikologi UGM, Prof. Dr. Koentjoro menjelaskan, panik atau cemas memiliki peran yang besar dalam pengambilan keputusan dan tindakan seseorang.
Menurutnya, kepanikan yang terjadi saat ini disebabkan karena ketidaksiapan masyarakat menerima berbagai aliran informasi soal Covid-19.
"Secara psikologis itu menggambarkan ketakutan, bahwa kecemasan itu menular. Ketika ketakutan dan kecemasan itu menular, maka yang akan terjadi adalah orang menjadi semakin depresi, bingung, dan sebagainya," jelas Koentjoro.
Padahal, penting bagi masyarakat untuk memperkuat antibodi sebagai senjata utama menghadapi virus. Jika sudah memahami konsep dasar dari virus dan tahu cara melawannya, kata dia, maka masyarakat tidak akan merasakan panik yang berlebihan.
"Dengan cara olahraga yang cukup, istirahat yang cukup. Sebetulnya itu, sehingga tidak perlu kita takut secara berlebihan. Selama kita sehat, itu tidak masalah. Vitamin E juga vitamin C itu saja sudah cukup," ujar dia.
"Obat apa pun juga, atau penyakit apa pun juga, kalau sudah dengan panik itu tidak akan baik. Oleh karena itu, yang pertama, jangan panik."
Oleh karena itu, diingatkan pula untuk mengikuti imbauan pemerintah agar selalu menjaga jarak minimal 2 meter ketika berada di ruang publik dan tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan yang mendesak.
Social distancing dan pembatasan sosial dianggap efektif untuk menekan meluasnya penularan virus corona. Selain itu, rajin mencuci tangan dan selalu membawa hand sanitizer saat bepergian.***
Tulisan diambil dari tulisan kompas.com dengan judul "Di Tengah Wabah Corona, yang Kita Butuhkan adalah Ketenangan".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar